BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya linguistik merupakan
bagian dari filsafat. Linguistik modern, yang dipelopori oleh Ferdinand de
Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian
lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa,
seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajian
linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapat
diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian
baru yang disebut analisis wacana. Analisis wacana menginterpretasi makna
sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna
ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi. Konteks
linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti,
sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang
melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa. Manfaat
melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami
proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.
Definisi wacana klasik yang
diturunkan dari asumsi kaum formalis (dalam istilah Hyme “Struktural”) adalah
bahwa wacana merupakan “bahasa di atas kalimat atau klausa” (Stubbs, 1983). Mey
mengatakan bahwa wacana adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
Istilah wacana mengacu ke rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula
memakai bahasa tulis (Samsuri, 1987/1988:1). Wacana memperlakukan kaidah-kaidah
tata bahasa sebagai suatu sumberdaya yang menyesuaikan dengan kaidah-kaidah itu
ketika memang diperlakukan.
File Lengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar