BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Budaya indonesia memang sangat beragam dan hal itu
akan tampak dalam khazanah sastra indonesia yang terwujud dalam sastra-satra
daerah diseluruh nusantara. Mitos sebagai salah satu bagian dari sastra bagian
dari daerah banyak mengandung nilai budaya, nilai estetika, nilai moral, dan
nilai konsepsional.
Esten dalam Djakfar (1987:8) menyatakan bahwa
nilai-nilai estetika dijumpai dalam bentuk (struktur) dan isi(tema dan amanat)
cerita. Nilai moral akan terlihat dalam sikap terhadap apa yang diungkapkan
dalam sebuah cipta sastra dan dalam cara bagaimana mengungkapkannya. Nilai
konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang secara keseluruhan terhadap
masalah yang akan diungkapkan dalam cipta sastra.
Mitos adalah cerita suat bangsa (sku/daerah/rakyat) tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengndung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri. Yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib(Depdikbud.1990:588).
Dalam alam dan kehidupan mitologis tidak terlihat garis pemisah yang tegas antara manusia dan alam atau antara subjek dan objek, bahkan adakalanya manusia manusia belum dapat disebut subjek. Terbentuknya mitos bermula dari pikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap oleh akal dan pancaindra. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih kongkret daripada kenyataan duniawi.
Mitos adalah cerita suat bangsa (sku/daerah/rakyat) tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengndung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri. Yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib(Depdikbud.1990:588).
Dalam alam dan kehidupan mitologis tidak terlihat garis pemisah yang tegas antara manusia dan alam atau antara subjek dan objek, bahkan adakalanya manusia manusia belum dapat disebut subjek. Terbentuknya mitos bermula dari pikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap oleh akal dan pancaindra. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih kongkret daripada kenyataan duniawi.
0 komentar:
Posting Komentar